Sabtu, 15 Maret 2014

Adat Istiadat Melayu Sambas



Adat Istiadat Melayu Sambas 

PENDAHULUAN

Adat istiadat adalah segala bentuk kesusilaan dan kebiassaan masyarakat yang menjadi tingkah laku ssehari-hari. Adat istiadat ini terdiri dari dua bagiaan yaitu:
1.      Akibat yang tidak mempunyai hukum atau reaksi adat, bagian ini dibagi menjadi:
a.       Upacara adat
b.      Adat sopan santun
2.      Mempunyai akibat hukum atau reaksi adat
Adat istiadat kita terdiri atas adata-adat atau kebiasaan; tingkah laku yang sering kita lakukan dalam hidup bermasyarakat, misalnya mengenai sopan santun, pertunangan, perkawinan, gotongroyong dan tolong menolong, peri kemanusiaan dan lain sebagainya. Di antara adat itu terdapat adat yang apabila dilanggar ada akibatnya dan mereka yang melanggar dapat dituntut dan dihukum. Kompleks adat-adat inilah yang kemudian tidak dikitabkan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi, kompleks ini disebut hukum adat.
            Dalam adat istiadat melayu sambas ini sudah banyak yang tidak digunakan lagi. Namun ada beberapa adat yang selalu dilestarikan, seperti halnya bessaprah yang selalu dilakukan saat acara perkawinan, tepung tawar, penggunaan tarub, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini penulis akan mengangkat beberapa adat istiadat yang ada di dalam makalah ini. Jika terdapat kesalah dalam makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.

PEMBAHASAN


Adat Istiadat Melayu Sambas


1.      Adat Tepung Tawar Melayu Sambas
Adat dan upacara adat yang disebut Tepung Tawar merupakan salah satu bentuk adat dari sekian banyak bentuk adat berserta upacaranya, yang sejak ratusan tahun silam telah di kenal dan diapresiasi cukup baik oleh masyarakat Melayu Sambas. Tepung Tawar mulai dikenal masyarakat Malayu Sambas, belum di dapatkan data yang jelas. Namun bila disimak dari pelaksanaan upacaranya, acara tepung tawar ini mulai sejalan dangan mulai pesatnya ajaran agama Islam yang di sebarkan ke daerah ini oleh para mubaliq, baik yang datang dari Arab, Sumatera, Malaysia, Thailand (patani), dan pulau-pulau lainnya.

          Upacara adat Tepung Tawar terdapat juga pada masyarakat didaera Melayu Pontianak, Mempawah, Ngabang, Ketapang, Sintang, Sanggau dan Kapuas Hulu. Fungsi dan tujuan Tepung Tawar senantiasa menunjukkan persamaan, apabila terdapat perbedaan, kemungkinan dalam sebutan atau dialek bahasa setempat.

Acara dan upacara Tepung Tawar olah masyarakat Melayu Sambas dilakukan dlam berbagai kegiatan. Pada umumnya meliputi siklus daur) kehidupan manusia,artinya Tepung tawar dilakukan pada saat pelaksanaan perkawinan, saat si Ibu melahirkan anak pertamanya. Dan pada saat sebuah keluarga mendapat musibah meninggal dunia. Pada masa-masa tertentu. Yaitu terjadinya kejadian atau pristiwa sangat penting dalam masyarakat Melayu Sambas juga dilakukan acara Tepung Tawar. Contoh beberapa kejadian atau pristiwa penting secara singkat diuraikan sebagai berikut :


1. Pada pelaksanaan perkawinan, Tepung Tawar dilakukan terhadap kedua pengantin, yang dilakukan pada hari ketiga setelah hari pesta kawin. Setelah Tepung Tawar dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara adat “mandi bululus” dan acara “balik tikar”

2. Calon ibu yang kehamilan pertamanya memasuki usia tujuh bulan dan usia sembilan bulan, melakukan Tepung Tawar tujuh bulan. Tepung Tawar sembilan bulan (disebut juga”Tepung Tawar”atau “Belenggang”) ketika sang bayi berusia 40 hari dilakukan pada acara Tepung Tawar bayi dan kedua suami-istri.

3. Bila ada keluarga yang menempati rumah baru (pindah rumah maka di lakukan pula acara Tepung Tawar)

4. Tepung Tawar dilaksanakan juga bila ada anak laki-laki yang akan dikhitan.

5. demikian juga keluarga yang salah seorang anggota keluarganya meninggal, pada hari-hari tertentu setelah hari penguburan akan dilaksanakan acara Tepung Tawar bagi keluarga yang ditinggalkan.

Maksud dan fungsi mengadakan acara Tepung Tawar ini adalah untuk memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan, yang tentunya di tunjukkan krpada Allah Swt. Yang menciptakan manusia dan alam raya. Inilah barang kali tujuan pokok, disamping adanya tujuan lain yang tersirat dari upacara Tepung Tawar tersebut. Pada akhir dari acara Tepung Tawar senantiasa dipanjatkan doa selamat oleh tokoh dan petuah-petuah kampong.

Pelaksanaan Tepung Tawar

Manjelang pelaksanaan Tepung Tawar, diperlukan persiapan, perlengkapan, tenaga pelaksanaan, dan lain-lain. Berikut ini uraian secara ringkas hal-hal yang harus ada dan dipersiapkan dalam ritual Tepung Tawar tersebut.

1. Waktu pelaksanaan tepung tawar umumnya pada bayi atau pada sing hari, bertempat dirumah atau orang yang hajatan. (bersangkutan)

2. Pelaksanaannya terdiri antara lain :
a.                         Satu buah mangkok putih tempat tepung beras yang telah di hancurkan dengan air tolak bala, yaitu segelas air putih yang di bacakan doa tolak bala. Selain untuk menghancurkan tepung beras, air tawar tolak bala digunakan juga untuk diminum atau untuk disiramkan di kepala yang ditepung tawari.
b.                        Beberapa helai daun lenjuang ungu, daun mentibar (disebut daun ntibar), dan beberapa helai daun ribu-ribu.
c.                         Sebentuk cincin emas atau perak, terutama pada tepung tawar mandi belulus pengantin. Cincing tersebut diikatkan pada anyaman daun kelapa muda.
d.                        Beras kuning secukupnya.
e.                         Sebuah talam kecil tempat meletakkan mangkuk.






2.      Adat Perkawinan Melayu Sambas
a.       Upacara sebelum Pernikahan:
·         Peminangan/Cikram
Cikram adalah tanda ikatan pertunangan antara dua insan, dalam acara cikraman ini dari pihak laki-laki mengutus orang-orang yang dipercaya untuk datang ke pihak perempuan. Biasanya dalam acara tersebut dari pihak laki-laki terlebih dahulu diberi kesempatan untuk memberikan kata sambutan, dengan untaian beberapa buah pantun.
·         Antar Pinangan/Mengantar barang
Setelah cikram ada lagi kelanjutan yang harus dilaksanakan yaitu antar pinang biasa juga disebut antar barang.

Adapun yang diantar pada waktu ini adalah :
Ø  Seceper sirih dan pinang maknanya melambangkan kasih sayang utuh dan tidak boleh dipisahkan satu sama lain, ibarat air dengan ikan atau ibarat aur dengan tebing )
Daun sirih dilipat dua, dan dicari daun sirih yang bertemu urat. Buah pinang diukir dengan rapi, ada pinang yang muda dan ada pula yang tua bewarna kuning kemerahan. Buah pinang yang sudah tua akan dibelah dua dan dipasang tertelungkup, yang bermakna bahwa itu adalah pinang pihak lelaki
Ø  Seceper bunga yang berwarna warni ( maknanya melambangkan keharmonisan dalam rumah tangga antara suami dan istri serta keharmonisan antara seluruh keluarga kedua belah pihak hidup rukun damai, aman dan tenteram )
Bermacam ragam bunga-bungaan , daun pandan wangi diiris halus. Kemudian ditutup dengan saputangan renda.
Ø  Sebuah bintang/ bejana berisi bahan kueh mueh / makanan ( maknanya kedua calon mempelai nantinya harus mempunyai modal yang cukup dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, modal tersebut adalah modal agama , modal budi pekerti, dan modal semangat yang teguh, untuk masa depan yang cemerlang dan barokah )
Ø  Seperangkat perlengkapan sarana petiduran
Ø  Seperangkat perlengkapan pakaian wanita untuk sang istri ( Barang-barang kelontong seperti handuk mandi, sabun mandi, sikat gigi, celana dalam, kutang/BH, alat make up, sandal dll )
Ø  Seperangkat alat sholat
Ø  Segala perhiasan berupa emas, gelang emas, kalung emas, cincin emas, dan anting-anting emas
Ø  Mahar atau mas kawin
Ø  Sejumlah uang hangus atau uang bantuan serba guna untuk biaya pesta perkawinan.

Barang tersebut akan diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan secara resmi dihadapan semua yang hadir. Acara penyerahan tersebut biasanya dipimpin oleh pemandu acara secara tertib.

Sebelum acara usai maka diadakan pembacaan do’a selamat dan dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah makan bersama selesai, maka pihal laki-laki dan rombongan akan pamit meninggalkan ruangan.

Kemudian dari pihak perempuan memberikan balasan yang berupa kue/ makanan, seperangkat alat sholat untuk laki-laki yang berupa kain sarung, baju teluk belanga, songkok, sajadah, sebagai tanda sudah diterimanya barang-barang yang dibawa oleh mereka sebagai utusan untuk diberikan kepada orang tua laki-laki, dan kue/makanan  tersebut dimakan bersama-sama dengan rasa gembira.

Rombongan laki-laki diantar sampai ambang pintu oleh pihak perempuan sembari menyampaikan selamat jalan. Dan selamat bertemu kembali pada hari yang telah ditetapkan.


b.      Upacara Pelaksanaan pernikahan
·         Akad Nikah
Sebelum diadakannya akad nikah, masyarakat bergotong royong untuk membangun tarub untuk para tamu undangan, yang akan ditempati oleh seperti misalnya bupati, kepala desa, tokoh-tokoh adat, pak haji, dan lain sebagainya.
Setelah membangun tarub, sebelum acara pokok perkawinan dilaksanakan tuan rumah mengundang masyarakat sekitar untuk pepadu nyarre’, untuk membentuk seksi-seksi dalam pelaksanaan hari besarnya ( raja sehari ) diantaranya adalah berapa saprah yang akan disarrek atau diundang , pinjam meminjam barang pecah belah , petadang ( tukang bemasak ), emper-emper ( tempat sajian makanan ), kuli ae’ ( mengambil air minun dan masak ), pembuatan tarup, penyambut tamu di tarup dll
Selesai bermusyawarah dihidangkan makanan ala kadarnya seperti nasi lemak, roti, air kopi / susu / teh.

Pada hari besar, pagi-pagi musik tanjidor datang untuk membawakan lagu-lagunya, menambah semarak acara pesta. Bila tamu-tamu sudah berdatangan protocol menyambut dengan ucapan salam, selamat datang para undangan , terima kasih kami ucapkan kehadiran bapak, ibu hadirin sekalian, semoga selamat walimah yang kita adakan

Bila waktu sudah agak siang, tamu sudah banyak yang datang acara dilanjutkan dengan kata sambutan oleh penyelenggara yang sudah ditentukan. Wakil dari undangan juga diberi peluang untuk memberikan kata sambutan untuk mendo’akan kedua mempelai dan tuan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan zikir nazam, baca rawi dan al-barzanji kemudian diakhiri dengan do’a

Acara selanjutnya arak pengantin, sementara para undangan menunggu hidangan yang akan dihidangkan. Pengantin perempuan duduk dahulu dan penganti laki-laki memegang tengkuk istri dengan jari manis menandakan syahlah akad nikah yang dibacakan penghulu, barulah duduk bersanding yang disebut  “ duduk tembangan “. Bacaan do’a selamat pengantin dibacakan.


Setelah tamu undangan pulang, acara dilanjutkan dengan “ makan mufakatan “ Si istri melayani suami menyedok nasi, memberi lauk-pauknya begitu juga sebaliknya. Mereka saling menyuapi satu sama lain, kemudian kedua mempelai istirahat terpisah sesuai arahan makm inang dan pengawal.
Selesai sudah hari yang dibesarkan, seksi-seksi yang dibentuk bekerja kembali untuk memulangkan barang-barang yang dipinjam dan mengemaskan barang-barang yang dipakai dalam pelaksanaan walimah tadi.
·         Pulang Memulangkan
Pulang memulangkan di sini bukan berarti pulang memulangkan barang, namun pulang memulangkan di sini memiliki arti seperti serah terima, serah terima anak perempuan untuk selanjutnya dipimpin oleh mempelai laki-laki dalam menjalankan kehidupannya, menyerahkan jasmani mempelai wanita, harta bendanya, tingkah lakunya, makan minumnya, tidur bangunnya, sehat sakitnya dan hidup matinya kepada mempelai pria ini yang telah menjadi suaminya.
·         Buang-buang

Adapun maksud buang-buang ini diadatkan sebagai peringatan bagi pengantin baru membersihkan diri, membuang kebiasaan yang tidak bermanfaat, terutama kebiasaan remaja yang suka berjalan.

3.      Upacara Sesudah Perkawinan
·         Balik tikar/Mandi Belulus
Dua minggu kemudian setelah hari besar ada istilah balik tikar, tikar diranjang dibalikkan, begitu juga kasurnya, kelambu yang dihiasi dengan berbagai dekorasi dibuang dan kelambunya baru boleh di labuhkan.

Kemudian kedua mempelai pergi kerumah orang tua pengantin laki-laki, pengantin perempuan dikawal mak inangnya inilah yang disebut “ adat singgahan”


·         Singgahan/Sesembahan
Biasanya singgahan ini dilakukan dua hari dua malam, berada dirumah orang tua suami dan berkunjung kerumah-rumah keluarga terdekat. Selesai dua malam baru pulang kerumah orang tua isteri.