Adat Istiadat Melayu Sambas
PENDAHULUAN
Adat
istiadat adalah segala bentuk kesusilaan dan kebiassaan masyarakat yang menjadi
tingkah laku ssehari-hari. Adat istiadat ini terdiri dari dua bagiaan yaitu:
1. Akibat
yang tidak mempunyai hukum atau reaksi adat, bagian ini dibagi menjadi:
a. Upacara
adat
b. Adat
sopan santun
2. Mempunyai
akibat hukum atau reaksi adat
Adat
istiadat kita terdiri atas adata-adat atau kebiasaan; tingkah laku yang sering
kita lakukan dalam hidup bermasyarakat, misalnya mengenai sopan santun,
pertunangan, perkawinan, gotongroyong dan tolong menolong, peri kemanusiaan dan
lain sebagainya. Di antara adat itu terdapat adat yang apabila dilanggar ada
akibatnya dan mereka yang melanggar dapat dituntut dan dihukum. Kompleks
adat-adat inilah yang kemudian tidak dikitabkan dan bersifat paksaan, mempunyai
sanksi, kompleks ini disebut hukum adat.
Dalam adat istiadat melayu sambas
ini sudah banyak yang tidak digunakan lagi. Namun ada beberapa adat yang selalu
dilestarikan, seperti halnya bessaprah yang selalu dilakukan saat acara perkawinan,
tepung tawar, penggunaan tarub, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini penulis
akan mengangkat beberapa adat istiadat yang ada di dalam makalah ini. Jika
terdapat kesalah dalam makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk makalah ini.
PEMBAHASAN
Adat Istiadat Melayu Sambas
1.
Adat
Tepung Tawar Melayu Sambas
Adat dan upacara adat
yang disebut Tepung Tawar merupakan salah satu bentuk adat dari sekian banyak
bentuk adat berserta upacaranya, yang sejak ratusan tahun silam telah di kenal
dan diapresiasi cukup baik oleh masyarakat Melayu Sambas. Tepung Tawar mulai
dikenal masyarakat Malayu Sambas, belum di dapatkan data yang jelas. Namun bila
disimak dari pelaksanaan upacaranya, acara tepung tawar ini mulai sejalan
dangan mulai pesatnya ajaran agama Islam yang di sebarkan ke daerah ini oleh
para mubaliq, baik yang datang dari Arab, Sumatera, Malaysia, Thailand
(patani), dan pulau-pulau lainnya.
Upacara adat Tepung Tawar terdapat juga pada masyarakat didaera Melayu Pontianak, Mempawah, Ngabang, Ketapang, Sintang, Sanggau dan Kapuas Hulu. Fungsi dan tujuan Tepung Tawar senantiasa menunjukkan persamaan, apabila terdapat perbedaan, kemungkinan dalam sebutan atau dialek bahasa setempat.
Acara dan upacara
Tepung Tawar olah masyarakat Melayu Sambas dilakukan dlam berbagai kegiatan.
Pada umumnya meliputi siklus daur) kehidupan manusia,artinya Tepung tawar
dilakukan pada saat pelaksanaan perkawinan, saat si Ibu melahirkan anak
pertamanya. Dan pada saat sebuah keluarga mendapat musibah meninggal dunia.
Pada masa-masa tertentu. Yaitu terjadinya kejadian atau pristiwa sangat penting
dalam masyarakat Melayu Sambas juga dilakukan acara Tepung Tawar. Contoh
beberapa kejadian atau pristiwa penting secara singkat diuraikan sebagai berikut
:
1. Pada pelaksanaan perkawinan, Tepung Tawar dilakukan terhadap kedua pengantin, yang dilakukan pada hari ketiga setelah hari pesta kawin. Setelah Tepung Tawar dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara adat “mandi bululus” dan acara “balik tikar”
2. Calon ibu yang kehamilan pertamanya memasuki usia tujuh bulan dan usia sembilan bulan, melakukan Tepung Tawar tujuh bulan. Tepung Tawar sembilan bulan (disebut juga”Tepung Tawar”atau “Belenggang”) ketika sang bayi berusia 40 hari dilakukan pada acara Tepung Tawar bayi dan kedua suami-istri.
3. Bila ada keluarga yang menempati rumah baru (pindah rumah maka di lakukan pula acara Tepung Tawar)
4. Tepung Tawar dilaksanakan juga bila ada anak laki-laki yang akan dikhitan.
5. demikian juga keluarga yang salah seorang anggota keluarganya meninggal, pada hari-hari tertentu setelah hari penguburan akan dilaksanakan acara Tepung Tawar bagi keluarga yang ditinggalkan.
Maksud dan fungsi mengadakan acara Tepung Tawar ini adalah untuk memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan, yang tentunya di tunjukkan krpada Allah Swt. Yang menciptakan manusia dan alam raya. Inilah barang kali tujuan pokok, disamping adanya tujuan lain yang tersirat dari upacara Tepung Tawar tersebut. Pada akhir dari acara Tepung Tawar senantiasa dipanjatkan doa selamat oleh tokoh dan petuah-petuah kampong.
Pelaksanaan Tepung Tawar
Manjelang pelaksanaan Tepung Tawar, diperlukan persiapan, perlengkapan, tenaga pelaksanaan, dan lain-lain. Berikut ini uraian secara ringkas hal-hal yang harus ada dan dipersiapkan dalam ritual Tepung Tawar tersebut.
1. Waktu pelaksanaan tepung tawar umumnya pada bayi atau pada sing hari, bertempat dirumah atau orang yang hajatan. (bersangkutan)
2. Pelaksanaannya terdiri antara lain :
a.
Satu buah mangkok
putih tempat tepung beras yang telah di hancurkan dengan air tolak bala, yaitu
segelas air putih yang di bacakan doa tolak bala. Selain untuk menghancurkan
tepung beras, air tawar tolak bala digunakan juga untuk diminum atau untuk
disiramkan di kepala yang ditepung tawari.
b.
Beberapa helai daun
lenjuang ungu, daun mentibar (disebut daun ntibar), dan beberapa helai daun
ribu-ribu.
c.
Sebentuk cincin emas
atau perak, terutama pada tepung tawar mandi belulus pengantin. Cincing
tersebut diikatkan pada anyaman daun kelapa muda.
d.
Beras kuning
secukupnya.
e.
Sebuah talam kecil
tempat meletakkan mangkuk.
2.
Adat Perkawinan Melayu
Sambas
a.
Upacara sebelum
Pernikahan:
·
Peminangan/Cikram
Cikram adalah tanda ikatan pertunangan
antara dua insan, dalam acara cikraman ini dari pihak laki-laki mengutus
orang-orang yang dipercaya untuk datang ke pihak perempuan. Biasanya dalam
acara tersebut dari pihak laki-laki terlebih dahulu diberi kesempatan untuk
memberikan kata sambutan, dengan untaian beberapa buah pantun.
·
Antar Pinangan/Mengantar
barang
Setelah cikram ada lagi kelanjutan yang
harus dilaksanakan yaitu antar pinang biasa juga disebut antar barang.
Adapun yang diantar pada waktu ini
adalah :
Ø
Seceper sirih dan pinang ( maknanya
melambangkan kasih sayang utuh dan tidak boleh dipisahkan
satu sama lain, ibarat air dengan ikan atau ibarat aur dengan tebing )
Daun sirih dilipat
dua, dan dicari daun sirih yang bertemu urat. Buah pinang diukir dengan rapi,
ada pinang yang muda dan ada pula yang tua bewarna kuning kemerahan. Buah pinang
yang sudah tua akan dibelah dua dan dipasang tertelungkup, yang bermakna bahwa
itu adalah pinang pihak lelaki
Ø
Seceper bunga yang berwarna warni ( maknanya
melambangkan keharmonisan dalam rumah tangga antara suami dan istri serta
keharmonisan antara seluruh keluarga kedua belah pihak hidup rukun damai, aman
dan tenteram )
Bermacam ragam
bunga-bungaan , daun pandan wangi diiris halus. Kemudian ditutup dengan
saputangan renda.
Ø
Sebuah bintang/ bejana berisi bahan kueh
mueh / makanan ( maknanya kedua calon mempelai nantinya harus
mempunyai modal yang cukup dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, modal
tersebut adalah modal agama , modal budi pekerti, dan modal semangat yang
teguh, untuk masa depan yang cemerlang dan barokah )
Ø
Seperangkat perlengkapan sarana
petiduran
Ø
Seperangkat perlengkapan pakaian wanita
untuk sang istri ( Barang-barang kelontong seperti handuk mandi, sabun mandi,
sikat gigi, celana dalam, kutang/BH, alat make up, sandal dll )
Ø
Seperangkat alat sholat
Ø
Segala perhiasan berupa emas, gelang
emas, kalung emas, cincin emas, dan anting-anting emas
Ø
Mahar atau mas kawin
Ø
Sejumlah uang hangus atau uang bantuan
serba guna untuk biaya pesta perkawinan.
Barang tersebut akan
diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan secara resmi dihadapan
semua yang hadir. Acara penyerahan tersebut biasanya dipimpin oleh pemandu
acara secara tertib.
Sebelum acara usai
maka diadakan pembacaan do’a selamat dan dilanjutkan dengan makan bersama.
Setelah makan bersama selesai, maka pihal laki-laki dan rombongan akan pamit
meninggalkan ruangan.
Kemudian dari pihak
perempuan memberikan balasan yang berupa kue/ makanan, seperangkat alat sholat
untuk laki-laki yang berupa kain sarung, baju teluk belanga, songkok, sajadah,
sebagai tanda sudah diterimanya barang-barang yang dibawa oleh mereka sebagai
utusan untuk diberikan kepada orang tua laki-laki, dan kue/makanan
tersebut dimakan bersama-sama dengan rasa gembira.
Rombongan laki-laki
diantar sampai ambang pintu oleh pihak perempuan sembari menyampaikan selamat
jalan. Dan selamat bertemu kembali pada hari yang telah ditetapkan.
b.
Upacara Pelaksanaan
pernikahan
·
Akad Nikah
Sebelum diadakannya
akad nikah, masyarakat bergotong royong untuk membangun tarub untuk para tamu
undangan, yang akan ditempati oleh seperti misalnya bupati, kepala desa,
tokoh-tokoh adat, pak haji, dan lain sebagainya.
Setelah membangun tarub, sebelum acara pokok perkawinan dilaksanakan tuan
rumah mengundang masyarakat sekitar untuk pepadu nyarre’, untuk membentuk
seksi-seksi dalam pelaksanaan hari besarnya ( raja sehari ) diantaranya adalah
berapa saprah yang akan disarrek atau diundang , pinjam meminjam barang pecah
belah , petadang ( tukang bemasak ), emper-emper ( tempat sajian makanan ),
kuli ae’ ( mengambil air minun dan masak ), pembuatan tarup, penyambut tamu di
tarup dll
Selesai bermusyawarah dihidangkan makanan ala kadarnya seperti nasi lemak,
roti, air kopi / susu / teh.
Pada hari besar, pagi-pagi musik tanjidor datang untuk membawakan
lagu-lagunya, menambah semarak acara pesta. Bila tamu-tamu sudah berdatangan
protocol menyambut dengan ucapan salam, selamat datang para undangan , terima
kasih kami ucapkan kehadiran bapak, ibu hadirin sekalian, semoga selamat
walimah yang kita adakan
Bila waktu sudah agak siang, tamu sudah banyak yang datang acara
dilanjutkan dengan kata sambutan oleh penyelenggara yang sudah ditentukan.
Wakil dari undangan juga diberi peluang untuk memberikan kata sambutan untuk
mendo’akan kedua mempelai dan tuan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan
zikir nazam, baca rawi dan al-barzanji kemudian diakhiri dengan do’a
Acara selanjutnya arak pengantin, sementara para undangan menunggu hidangan
yang akan dihidangkan. Pengantin perempuan duduk dahulu dan penganti laki-laki
memegang tengkuk istri dengan jari manis menandakan syahlah akad nikah yang
dibacakan penghulu, barulah duduk bersanding yang disebut “ duduk
tembangan “. Bacaan do’a selamat pengantin dibacakan.
Setelah tamu undangan pulang, acara dilanjutkan dengan “ makan mufakatan “
Si istri melayani suami menyedok nasi, memberi lauk-pauknya begitu juga
sebaliknya. Mereka saling menyuapi satu sama lain, kemudian kedua mempelai
istirahat terpisah sesuai arahan makm inang dan pengawal.
Selesai sudah hari yang dibesarkan, seksi-seksi yang dibentuk bekerja
kembali untuk memulangkan barang-barang yang dipinjam dan mengemaskan
barang-barang yang dipakai dalam pelaksanaan walimah tadi.
·
Pulang Memulangkan
Pulang memulangkan di sini bukan berarti
pulang memulangkan barang, namun pulang memulangkan di sini memiliki arti
seperti serah terima, serah terima anak perempuan untuk selanjutnya dipimpin
oleh mempelai laki-laki dalam menjalankan kehidupannya, menyerahkan jasmani
mempelai wanita, harta bendanya, tingkah lakunya, makan minumnya, tidur
bangunnya, sehat sakitnya dan hidup matinya kepada mempelai pria ini yang telah
menjadi suaminya.
·
Buang-buang
Adapun maksud buang-buang ini diadatkan
sebagai peringatan bagi pengantin baru membersihkan diri, membuang kebiasaan
yang tidak bermanfaat, terutama kebiasaan remaja yang suka berjalan.
3.
Upacara Sesudah
Perkawinan
·
Balik tikar/Mandi
Belulus
Dua minggu kemudian setelah hari besar
ada istilah balik tikar, tikar diranjang dibalikkan, begitu juga kasurnya,
kelambu yang dihiasi dengan berbagai dekorasi dibuang dan kelambunya baru boleh
di labuhkan.
Kemudian kedua mempelai pergi kerumah
orang tua pengantin laki-laki, pengantin perempuan dikawal mak inangnya inilah
yang disebut “ adat singgahan”
·
Singgahan/Sesembahan
Biasanya singgahan ini dilakukan dua
hari dua malam, berada dirumah orang tua suami dan berkunjung kerumah-rumah
keluarga terdekat. Selesai dua malam baru pulang kerumah orang tua isteri.