KAMPUNG HALAMANKU
6.20
Perkenalkan,
namaku adalah Hafiz Novialdi. Cukup panggil aku dengan nama Hafiz. Aku anak
pertama dari tiga bersaudara. Jika aku diminta menceritakan kampung halamanku,
maka aku akan bingung. Sebab kebingunganku bukan tanpa alasasan. Alasan ku
bingung menjawab kampung halamanku karena aku lahir di Kabupaten Sambas
provinsi Kalimantan Barat. Namun aku tumbuh besar di Kota Pontianak Ibukota
provinsi Kalimantan Barat, dan juga kerap aku berkunjung ke Kabupaten Pontianak
sebutannya kala itu yang sekarang berubah nama menjadi Kabupaten Mempawah.
Banyak
orang berkata bahawa kampung halaman memiliki definisi tempat di mana engkau
dilahirkan. Namun apa daya, memang aku dilahirkan di Kabupaten Sambas, namun
tetap saja aku tumbuh besar di Kota Pontianak. Maka tak dapat kuceritakan
secara pasti bagaimana keadaan di kampung halamanku. Kali ini kutentukan untuk
menceritakan mengenai Kota Pontianak. Meski ini bukanlah kampung halamanku
namun aku telah menetap di Kota Pontianak ini selama hampir 21 tahun. Jadi,
tentunya dapat kuceritakan secara bertanggung jawab mengenai kota tempat aku
tumbuh dari kecil sampai sebesar ini.
Terlebih
dahulu akan ku kenalkan Kota Pontianak secara umum. Kota Pontianak adalah
Ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini dikenal dengan kota
Khatulistiwa karena dilalui garis Khatulistiwa. Di utara kota Pontianak
tepatnya Siantan terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang
dilalui garis khatulistiwa. Selain itu Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas,
sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan Sungai
Landak yang membelah kota menjadi simbol di dalam logo Kota Pontianak. Kota ini
memiliki luas wilayah 107,82 kilometer persegi.
Nama
Pontianak yang berasal dari bahasa melayu ini dipercayai ada kaitannya dengan
kisah Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu kuntilanak ketika dia
menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya Syarif Abdurrahman terpaksa
melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan di
mana peluru meriam itu jatuh maka di sanalah wilayah keultanannya didirikan.
Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak,
yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting.
Awal
berdiri Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari
Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di
persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk
mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1778 (1192 H)
Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat
pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami’ (kini bernama Masjid
Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang sekarang terletak di
Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.
Itulah
penjelasan singkat yang kuberikan tentang kota tempat ku tinggali ini. Kota ini
sudah ku anggap sebagai kampung halamanku ya karena seperti yang telah
kujelaskan di atas. Perlu kalian ketahui bahwa Kota Pontianak ini juga memiliki
sebutan lain, yaitu kota seribu parit. Tentu terdapat alasan mengapa
kota ini juga disebut dengan kota seribu parit. Ya, karena beberpa tempat di
Kota Pontianak ini diberi nama dengan kata parit. Seperti nama Parit Mayor,
Parit Tengkorak, Parit Bugis, Parit Tokaya, Parit Tengah, dll. Selain itu
terdapat pula beberapa tempat yang diawali dengan kata sungai, yaitu Sungai
Jawi, Sungai Beliung, Sungai Kupah, Sungai Rengas, Sungai Kakap, Sungai Raya,
dll.
Kota Pontianak dipimpin oleh seorang Walikota yang berasal
dari jeruju juga, daerah tempat tinggal ku yang bernama H. Sutarmidji, SH,
M.Hum,. perlu kalian ketahui, pegantian Walikota di Kota Pontianak ini telah
terjadi sebanyak sebelas kali. Walikota pertama yang menjadi pemimpin kota ini
adalah seorang wanita yang bernama Ny. Rohana Muthalib yang menjabat dari tahun
1950 higga tahun 1953, kemudian dilanjutkan dengan Soemartoyo yang menjabat
dari tahun 1953 hingga tahun 1957, A. Muis Amin melanjutkan tahta kepemimpinan
Kota Pontianak dari tahun 1957 higga tahun 1967, kemudia Siswoyo menjadi
walikota dari tahun 1967 hingga tahun 1973, Muhammad Barir dari tahun 1973
hingga tahun 1978, TB Hisny Halir menjabat dari tahun 1978 hingga tahun 1983, H.
A. Majid Hasan dari tahun 1983 hingga tahun 1993, RA Siregar menjabat dari
tahun 1993 hingga tahun 1999, Buchary Abdurachman menjabat dari tahun 1999
hingga tahun 2009 dan sekarang yang memimpin adalah Sutarmidji yang memimpin
dari tahun 2009 hingga sekarang yang masih dipimpin oleh Sutarmidji yang akrab
di panggil dengan sebutan pak wali ini.
Setelah
ku perkenalkan kota Pontianak ku secara umum kini akan ku beritahu. Aku tinggal
di jalan Nawawihasan Perumanas II kelurahan Sungai Beliung Pontianak Barat.
Jika kalian merasa asing dengan nama tempat itu maka akan ku sebutkan kata
Jeruju agar kalian mengetahui lokasi tempat tinggalku. Cukup mudah dalam
mencari tempat tinggal ku. Karena tempat tinggal ku tak jauh dari Universitas
Panca Bhakti yang merupakan satu di antara Universitas Swasta yang terdapat di
Kota Pontianak. Siapa yang tak kenal dengan kata Jeruju, karena semenjak
ledakan penduduk dan perpindahan penduduk dari desa ke kota atau yang biasa
kita sebut dengan kata urbanisasi jeruju menjadi tempat percampuran kebudayaan
karena sejak 21 tahun silam Perumnas II memberikan perumahan dengan harga yang
murah. Maka dari itu orang-orang termasuk orangtua ku berlomba-lomba membeli
perumahan rumah yang di jual oleh pemerintah.
Masa kecilku di Kota Pontianak sangat menyenangkan
karena dahulu daerah tempat tinggalku sangat ramah. Tetangga dari ujung sampai
ke ujung tentu dikenali, namun sekarang tetangga yang berbeda tujuh sampai
delapan rumah sudah tidak dikenali. Sebabnya mungkin karena daerah tempat
tinggal ku masyaraktnya sudah sibuk masing-masing. Dahulu setiap sabtu dan
minggu ayah ku selalu kebagian surat edaran dari ketua Rukun Tetangga (RT)
untuk melakukan kerja bakti secara bergotong royong membersihkan area
lingkungan sekitar tempat tinggal kami. Ketika itu semua pemilik rumah turut
berpartisipasi. Kepala rumah tangga mengikut sertakan anak-anaknya untuk ikut
bergotong royong. Begitu halnya dengan ayahku yang mengajak ku turut serta
melakukan kerja bakti secara bergotong royong tersebut. Ibu rumah tangga di
tiap rumah sibuk menyediakan sesajen
berupa air minum yang segar ketika kelelahan dan makanan untuk disantap
bersama. Namun apa daya, sekarang semua telah sirna karena kesibukan setiap
orang, mulai dari kesibukan dalam bekerja dan tak ingin terenggutnya waktu
untuk beristirahat. Karena rasa memiliki uang yang berlebih, orang lebih
memilih untuk mengupah pekerja untuk merapikan dan membersihkan lingkungan
rumah mereka. Sangat disayangkan bahwa kegiatan bergotong royong kini telah
hilang di makan zaman.
Masih banayk yang ingin ku ceritakan kepada kalian,
seperti kuliner dan pariwisata yang terdapat di Kota Pontianak ini. Akan ku mulai
dari kuliner. Terdapat berbagai macam kuliner yang dapat menggoyang lidah para
pecinta kuliner yang terdapat di Pontianak seperti minuman lidah buaya, air
tahu, kembang tahu, bakcang, bakpao, bubur paddas, chai kwe, hekeng, hu ju,
ikan asam pedas, keladi atau talas, kengci kwetiau, ki cang, kuan chiang, kue
bulan, kwe cap, kwe kia theng, lemang, lempok durian, nasi kari, nasi ayam,
nasi babi, nasi capcai, pacri nanas, pekasam, peng kang, pindang, sambal goreng
tempoyak, tau swan, sio bi, sotong pangkong, tun koi, dan yam mi. kuliner yang
telah di sebutkan tidak semuanya halal. Maka dari itu diperhatikan dulu bahan
pembuatannya.
Setelah membahas kuliner maka yang selanjutnya akan ku
bahas tempat wisata atau tempat biasa aku menghibur diri yang terdapat di Kota
Pontianak. Kota Pontianak ketika siang sangatlah panas maka perlu kita
menghibur diri ketika selesai berhadapan dengan teriknya panas matahari. Biasa
aku menghibur diri di Veledrum yaitu tempat yang ditujukan untuk arena balap
sepeda yang sekarang sudah tak berfungsi lagi karena keadaan tracknya yang tidak mendukung untuk
dilalui sepeda. Veledrumlah yang menjadi tempat favorit ku untuk berbaring
menghadap melihat langit yang penuh dengan bintang. Namun beberapa orang
menyalah artikan veledrum menjadi tempat untuk mesum karena tempatnya yang
kurang akan pencahayaan. Cukup mengeluarkan uang sebesar dua ribu rupiah
sebagai uang keamanaan dan uang parker kita sudah dapat menikmati suasana yang
ada di sana. Kemudian ada juga meriam karbit yang dimainkan ketika akan
menyambut hari raya idul fitri. Kita akan melihat secara langsung kedahsyatan
suara dari meriam karbit yang dapat menggetarkan rumah yang ada di
sekelilingnya. Wisata ini terdapat di tepian sungai Kapuas. Terdapat juga
Museum KALBAR yang menjadi tempat wisata pendidikan. Dengan harga kurang dari
sepuluh ribu rupiah kita dapat berwista murah di sana. Setelah itu ada juga
gawai dayak yang dilaksanakan di rumah radakng yang diadakan sebagai lambing
rasa syukur atas panen padi yang melimpah. Festival cap gomeh yang di adakan di
sepanjang jalan Diponegoro, terdapat juga festival kuliner di sepanjang jalan
tersebut. ada lagi wisata lain yang terdapat di Pontianak, yaitu Kulminasi Matahari. Diadakan setiap 2 kali dalam setahun. Kulminasi matahari
diadakan di tugu khatulistiwa.
Itulah sekilas tentang sejarah, tempat wisata dan
ragam kuliner di kota ku. Semoga bermanfaat bagi yang membaca…